CTP; Kiat Mendongkrak Mutu Pembelajaran
Oleh Tim MDC Jabar
“Sekolah kami mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan adanya CTP.” Demikian tutur salah seorang guru bahasa Inggris yang menjadi peserta Crash Training Program (CTP) saat dilakukan monitoring belajar jarak jauh (distance learning). Pernyataan ini diungkapkan dengan penuh optimistik oleh seorang guru MTs swasta yang mengaku sekolahnya jarang tersentuh program-program peningkatan mutu.
Pernyataan tersebut boleh jadi dikesani berlebihan, jika dilihat dari keseluruhan proses pembelajaran di MTs. CTP hanyalah bagian dari keseluruhan proses pembelajaran di suatu madrasah yang berupaya untuk memberikan dampak tumbukan terhadap kualitas pembelajaran di madrasah.
Hal yang paling menarik untuk dicermati sebenarnya bukan pada struktur muka pernyataan tersebut, melainkan pada lahirnya semangat optimistik dari seorang guru MTs swasta yang berstatus guru honorer. Ia merasakan betapa kini ia lebih diperhatikan untuk menjadi guru yang profesional dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. Ia pun merasa dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam merekayasa proses pembelajaran.
Keyakinan dan semangat seperti ini sebenarnya yang paling diperlukan madrasah dalam mendongkrak mutu proses pembelajaran. Sebab, guru harus berperan sebagai motor penggerak proses pembelajaran sekaligus sebagai motivator dan fasilitator interaksi kelas.
Keyakinan dan semangat seperti ini sebenarnya yang paling diperlukan madrasah dalam mendongkrak mutu proses pembelajaran. Sebab, guru harus berperan sebagai motor penggerak proses pembelajaran sekaligus sebagai motivator dan fasilitator interaksi kelas.
Sebenarnya bukan hanya guru bahasa Inggris peserta CTP itu saja yang merasakan kemajuan dalam interaksi pembelajarannya. Mayoritas peserta juga merasakan hal yang sama. Bahkan para siswa ikut merasakan adanya perubahan kualitas pembelajaran yang dikembangkan guru peserta program. Begitu juga pada Kepala MTs menilai kegiatan ini memiliki banyak sisi positif bagi pengembangan kultur akademik madrasah.
Apa CTP itu? CTP adalah sebuah program pelatihan guru Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA yang dikembangkan atas kerjasama LAPIS-AusAID dengan MDC Jabar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru MTs swasta. Secara lebih spesifik, output program ini diarahkan pada tiga aspek, yaitu: Pertama, peningkatan kemampuan peserta dalam menguasai materi pengajaran; kedua, peningkatan kemampuan peserta dalam memahami dan menerapkan model-model pembelajaran; dan ketiga, peningkatan kemampuan peserta dalam menuangkan rencana dan pengalaman mengajar secara tertulis melalui format portofolio.
Untuk mencapai tujuan tersebut, CTP kemudian dikembangkan kedalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah Intensive Lecturer (IL) yang diselenggarakan selama enam hari di kota Bandung. Pada tahapan ini peserta diberikan pengetahuan dan latihan-latihan untuk pengembangan proses pembelajaran sesuai spesifikasi bidang studi. Sebanyak 90 orang guru diikutsertakan dalam kegiatan ini, yang terdiri atas 30 guru bahasa Inggris, 30 guru Matematika, dan 30 guru IPA. Peserta ini adalah mereka yang telah lulus tes seleksi peserta.
Tahap kedua adalah Distance Learning (DL) yang berlangsung selama dua bulan. Peserta yang telah memperoleh input pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai pendidik dikembalikan ke lembaga pendidikannya masing-masing. Mereka bekerja pada tugas rutinnya sebagai guru pada MTs tempat mereka bekerja. Dalam tahap ini mereka diberi tugas untuk mengembangkan pembelajaran dalam model lembaran portofolio. Setiap selang dua minggu mereka dikunjungi tim monitoring yang memeriksa kemajuan kegiatan belajar mengajar sekaligus memberikan saran-saran bagi perbaikan mutu proses pembelajaran.
Tahap kedua adalah Distance Learning (DL) yang berlangsung selama dua bulan. Peserta yang telah memperoleh input pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai pendidik dikembalikan ke lembaga pendidikannya masing-masing. Mereka bekerja pada tugas rutinnya sebagai guru pada MTs tempat mereka bekerja. Dalam tahap ini mereka diberi tugas untuk mengembangkan pembelajaran dalam model lembaran portofolio. Setiap selang dua minggu mereka dikunjungi tim monitoring yang memeriksa kemajuan kegiatan belajar mengajar sekaligus memberikan saran-saran bagi perbaikan mutu proses pembelajaran.
Tahap ketiga adalah Intensive Workshop (IW) yang dipusatkan pada suatu lokasi untuk menampilkan dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar yang telah dikembangkan guru peserta CTP. Pada tahapan ini semua instrumen pelatihan dievaluasi keefektifannya dan semua persoalan yang muncul dipecahkan bersama. Begitu juga diskusi tentang kemungkinan tindak lanjut CTP menjadi salah satu topik penting dalam tahapan ini.
Selama tiga bulan, mulai tanggal 01 Maret-30 Mei 2006, program ini terus dimonitor perkembangannya. Hasilnya ada banyak perubahan signifikan yang dialami peserta khususnya pada output yang telah disepakati bersama antara LAPIS-AusAID dengan MDC Jabar. Sebagai contoh, selama rentang waktu tersebut, terdapat 89% peserta bahasa Inggris, 76% dan peserta Matematika, dan 85% peserta IPA mengalami peningkatan penguasaan materi dari kemampuan mereka sebelumnya. Selain itu, pada aspek kemampuan aplikasi model-model pembelajaran, dan penyusunan rencana pembelajaran juga mengalami perkembangan yang sama, meski dalam persentase yang berbeda. Keadaan ini sungguh sangat menggembirakan mengingat kemampuan awal mereka sebelum mengikuti training tidak begitu memuaskan.
Apa sebenarnya pelajaran yang paling berharga dari CTP ini? Setidaknya ada empat hal yang dapat diidentifikasi sebagai inovasi training dimasa mendatang. Pertama, perbaikan mutu pendidikan melalui training guru dapat dimulai dari hal yang kecil dengan perhatian yang lebih serius dan terpusat pada penyelesaian suatu aspek pembelajaran. “Small is beautiful” adalah motto yang paling tepat dari model pelatihan semacam ini.
Kedua, pemberian perlakuan (treatment) dalam rentang waktu tertentu dapat memberikan dampak langsung bagi perbaikan mutu proses pembelajaran. Pada rentang waktu itu, selain peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran guru, juga diperlukan adanya dukungan alat peraga yang dapat mempermudah guru dalam mengajar. Kehadiran alat peraga bahasa Inggris, Matematika dan IPA pada program CTP ini terbukti dapat meningkatkan daya serap siswa dan keasyikan guru dalam berinteraksi dengan siswa.
Ketiga, suatu rekaman proses yang didukung oleh sejumlah instrumen ternyata menjadi alat yang ampuh bagi pemberian umpan balik (feed-back) proses pembelajaran. Penggunaan, modul, lembaran portofolio, dan instrumen lainnya telah mampu membimbing guru peserta CTP pada track pengajaran yang efektif dan benar.
Keempat, pengelolaan training dengan model manajemen yang fleksible, sebagaimana dikembangkan oleh LAPIS-AusAID, tampaknya perlu menjadi alternatif pengelolaan program training guru di masa mendatang. Melalui model ini, idealisme peningkatan kualitas dapat dipertaruhkan dan pemecahan masalah dapat dilakukan secara berkelanjutan. Dengan kata lain, penyelenggaraan training melalui manajemen yang fleksible dapat lebih menjamin tercapainya kualitas yang diharapkan.
Semoga pelajaran ini menjadi bahan renungan bersama bagi pemberdayaan komunitas guru dan perbaikan kualitas proses pembelajaran di madrasah. Kita tentunya berharap guru peserta CTP ini dapat menjadi penggerak mutu madrasah sehingga pada beberapa tahun mendatang madrasah, khsususnya MTs, dapat lebih memiliki daya kompetitif dan komparatif yang tinggi.**
No comments:
Post a Comment