Wednesday, November 22, 2006

Membaca Koran Pikiran Rakyat di AS



SEKARANG memang zaman sudah serba canggih. Berlangganan media cetak atau elektronik tidak perlu lagi menggunakan sistem tradisional sengan bayar cash. Semuanya serba otomatis cepat, dan akurat. Bahkan dalam banyak hal kemajuan teknologi banyak menawarkan peluang untuk efesiensi waktu, biaya, dan tenaga tanpa mengurangi makna yang diperoleh.

Berlangganan koran Pikiran Rakyat misalnya, tidak perlu bayar langsung kepada penerbit dengan rekening koran dan uang cash, tetapi cukup dengan membuka website www.PikiranRakyat.com di internet. Semua informasi yang tercakup dalam kolom koran tersebut setiap hari dapat dibaca dan dinikmati dari jauh. Bahkan membaca koran Pikiran Rakyat di AS bisa lebih dulu dari masyarakat Jawa Barat karena akses online Pikiran Rakyat dapat dilakukan pada sore hari sepulang bekerja, beberapa menit setelah di-lingkage dini hari oleh bagian dokumentasi Pikiran Rakyat.

Dapat dibayangkan, andaikata tidak ada teknologi canggih komputer dan sistem informasi jarak jauh, kita pasti perlu menunggu beberapa hari untuk dapat membaca Pikiran Rakyat di Amerika Serikat. Ongkosnya pun dipastikan akan sangat mahal dan informasi tentang kampung sendiri dijamin out-of-date alias kadaluarsa. Tapi tidak demikian apa yang dialami pada masa kini. Teknologi telah memberikan kemudahan untuk mengakses informasi dari segala penjuru dunia yang masuk pada jaring-jaring internet. Dalam hitungan detik atau menit file aslinya dalam bentuk naskah, gambar, sound, video, dll dapat dinikmati dari jauh.

Yang menarik, ternyata hampir setiap orang Jawa Barat yang tinggal di AS selalu menyempatkan membuka Pikiran Rakyat.com untuk menengok informasi di kampung halamannya. Pak Rurun Karma, misalnya, seorang warga Bandung yang sudah 35 tahun tinggal di New York, mengaku hampir setiap hari mengakses informasi di Jawa Barat melalui website Pikiran Rakyat. Dari koran inilah menurut Rurun, ia mengetahui banyak hal secara detail apa yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.

Ketika terjadi peristiwa longsor di TPA Leuwigajah yang berbuntut pada penumpukan sampah di sejumlah titik di kota Bandung, rata-rata masyarakat Bandung di AS mengetahui keadaan itu. Bahkan wujud simpati mereka terhadap korban Longsor di TPA Leuwigajah beberapa waktu silam sempat disalurkan lewat ormas keagamaan di Jawa Barat. Begitu juga ketika korban Tsunami di pantai selatan Pangandaran terjadi, mereka mengikuti kejadian tersebut dari koran Pikiran Rakyat di samping dari media cetak dan elektronik lainnya. Bagi mereka Pikiran Rakyat seolah telah mampu menyambungkan rasa kangen pada kampung halaman yang telah lama ditinggalkan. Karena itu menjelang lebaran, akses terhadap website Pikiran Rakyat mereka diakui meningkat seiring dengan kian menguatnya kerinduan pada keluarga, kerabat dan handaitaulan di kampung halaman.

Itulah dampak positif teknologi bagi penyebaran informasi yang sangat cepat dan akurat. McLuhan laman konstantanya tentang global vilage dan Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave jauh hari sudah memprediksi akan terjadi peristiwa perambatan informasi yang sangat cepat seperti yang dialami saat ini. Dunia satelit memang sudah mempermudah segalanya bagi kehidupan manusia, sehingga jarak tidak lagi berbanding linier dengan waktu. Setiap ruang dan kesempatan dapat menjadi sumber belajar, termasuk menggali infomasi dari koran Pikiran Rakyat saat kami tinggal di AS.**

No comments: